LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK
UNGGAS
Manajemen Pemeliharaan
Dan Ferformans Ayam Broiler
OLEH
SUNDANRI SINAMBELA
NPM: E1C01206O
Kelompok : 1
JURUSAN PETERNAKAN - FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB.1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita,
produk-produk makanan dan lauk pauk yang berbahan dasar ayam banyak ditemukan
di sekitar kita dan banyak digemari. Boleh dikatakan ayam dengan berbagai
variannya seperti daging dan telur telah menjadi kebutuhan pokok hidup
kita sehari-hari.
Broiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat 5 sampai 7
minggu. Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani
asal ternak.
Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yangsangat
pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnyakebutuhan
masyarakat akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhanakan daging
mempunyai prospek ke depan yang baik, maka ternak yang ideal untuk
dikembangkan adalah temak unggas. Untuk itu diperlukan pakan yang berkualitas
demi tercapainya produksi daging yang berkualitas.
Dalam usaha peternakan sebaiknya manajemen pemeliharaan
sangat perlu diperhatikan dalam terhadap produksi daging. Dalam pemberian pakan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertambahan berat badan pada ayam,
sehingga mencapai efisiensi yang dinyatakan dalam perhitungan Feed Conversation Ratio. Karena
semakin rendah angka Feed
Conversation Ratiosemakin dinyatakan efisien dalam pembentukan daging.
Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan
yang disusunsedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan
ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum
dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh
kebutuhannutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien
tersebut bagiternak. Ransum yang berkualitas baik berpengaruh pada proses
metabolismetubuh ternak sehingga ternak dapat menghasilkan daging yang sesuai
denganpotensinya. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum
ayambroiler adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan P. Komponen
nutrientersebut sangat berpengaruh terhadap produksi ayam broiler terutama
untuk pertumbuhan dan produksi daging. Kebutuhan nutrien ransum digunakan
ternak untuk hidup pokok dan produksi.
1.2.Tujuan
Acara 1.Sanitasi Kandang
v Mengetahui cara dan tujuan melakukan sanitasi
kandang
Acara 2.Sanitasi Peralatan Kandang
v Mengetahui cara dan tujuan melakukan sanitasi
kandang
Acara 3.Menyiapkan Kandang Brooding
v Mengetahui kandang brooding dan peralatannya
serta cara menyiapkan kandang brooding sebelum anak ayam tiba( dimasukkan
kedalam kandang brooding)
Acara 4.Pemeliharaan Broiler Pada Masa
Brooding
v Mengetahui cara pemeliharaan ayam broiler
pada masa brooding
v Mengertahui pertumbuhan dan efisiensi
penggunaan pakan pada masa pemeliharaan ayam broiler pada masa brooding
Acara 5.Pemeliharaan Ayam Broiler Selepas
Masa Brooding
v Mengetahui cara pemeliharaan ayam broiler
selepas masa broodingsampai panen
v Mengetahui pertumbuhan dan efisiensi
penggunaan pakan ayam broiler
Acara 6.Vaksinasi
1. Untuk mengetahu tata cara dan ketentuan
ketentuan saat melakukan vaksinasi
BAB.II
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Ayam
Pedaging (Broiler) adalah
ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu
relatif singkat (5 sampai 7 minggu). Broiler mempunyai peranan yang penting
sebagai sumber protein hewani asal ternak. Pengertian Ayam Broiler adalah istilah
yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang
memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai
penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia yang
relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia 28 sampai 45 hari
dengan berat badan 1,2 sampai 1,9 kg/ekor (Azis dkk, 2010).
Ayam Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara
bangsa ayam cornish dari Inggris dengan ayam white play mounth Rock dari
Ameirka (Rasyaf, 2008). Menurut AAK (2000) Ayam broiler adalah ayam pedaging
yang dipelihara hingga 6 sampai 13 minggu dengan bobot hidup dapat mencapai 1,5
kg pada umur 6 minggu. Pemeliharaan ayam ras pedaging/broiler terkadang
terkendala oleh tidak stabilnya nafsu makan ayam yang bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, mulai dari stres, perubahan cuaca, dan
lain-lain.
Ayam broiler yang baik adalah ayam
yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap
pada karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam. Ayam broiler
yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat
warna-warna gelap pada karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang
seragam (Mountney 1983).
Broiler memiliki kelebihan dan
kelemahan, kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada
lebar, padat dan berisi,efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar
dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat
sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan
cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit
beradaptasi (Murtidjo, 1987).
Perkandangan
Menurut Zainal Abidin (2002) kandang merupakan
tempat hidup, tempat berproduksi, dan berfungsi untuk melindungi ayam dari
gangguan binatang buas, melindungi ayam dari cuaca yang tidak bersahabat,
membatasi ruang gerak ayam, menghindari resiko kehilangan ayam, mempermudah
pengawasan, pemberian pakan dan air minum, serta pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu
bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih
bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang
sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar.
Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih
murah.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi
plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan
seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan
kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2,
lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari
pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak
minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
Temperatur yang ideal untuk ayam
broiler adalah 23-26° C (Fadilah, 2004). Untuk menghindari kebisingan,
penyebaran penyakit dan polusi bau, jarak kandang harus cukup jauh dari
pemukiman penduduk. Jarak kandang dengan pemukiman minimal satu kali lebar
kandang atau sekitar 6 meter. Kandang dengan tipe litter pengelolaannya lebih
mudah dan praktis, hemat tenaga dan waktu, lantai kandang relatif tahan lama,
lantai tidak mengakibatkan telapak kaki ayam terluka, dan mengeras serta litter
merupakan media yang baik untuk mencakar-cakar debu atau mandi debu yang
memberikan kenyamanan bagi ayam. Lokasi kandang dekat dengan sumber air tetapi
tidak becek serta sarana transportasi mudah. Kandang yang ideal harus memenuhi
beberapa syarat yaitu diantaranya harus membujur ke barat dan timur dengan
membujur ke arah barat dan timur diharapkan sirkulasi udara lancar dan bisa
masuk ke dalam kandang (Suprijatna et al. 2005),. Lokasi kandang dekat
dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Menurut
Fadilah (2004), lokasi yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air
yang cukup, terutama pada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk
ayam karena kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yang
dikonsumsi ayam bergantung pada jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan
ayam dan cuaca.
Kandang dicuci dengan sprayer tekanan tinggi dari bagian atas, dinding dan
tirai, hingga lantai. Proses pencucian ini harus meliputi semua bagian jangan
sampai ada bagian yang terlewatkan serta menaburkan atau menyemprotkan kapur
tohor ke bagian dalam,
lantai, dan sekeliling luar kandang Fadilah (2004). Rasyaf (2008) menjelaskan
lebih lanjut bahwa kandang harus sudah dibersihkan dengan air bersih yang telah
dicampur dengan pembunuh kuman/desinfektan. Semua peralatan, termasuk tempat
ransum dan tempat minum.
Konsumsi
Pakan dan Air Minum
Ternak akan dapat
mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya
bila memperolh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan tersebut
diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan (Sutardi,1980).Untuk
keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam membutuhkan sejumlah nutrisi yaitu
protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas, energi yang
berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rasyaf, 1997).
Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan sangat
bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan
produksi. Di samping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan
dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara. Broiler dapat
menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan
maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar antara 2800-3400 kkal energi
metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985)
Menurut Rasyaf, 1993 ransum untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua yaitu
ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher . Menurut Harto
(1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari atau DOC
diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam
berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus
yang digantung. Fadilah (2004) menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan
secara adlibitum dengan pemberian ransum berbentuk: tepung pada periode
starter, butiranpecah pada periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang
berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan bobot badan
dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui
untuk mendapatkan formula ransum yang tepat (Sudaro dan Siriwa, 2007). Alamsyah
(2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternakdisesuaikan dengan umur,
kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum
berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC.
Pemberian air minum dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan
tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat
optimal. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia
dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam
biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan
mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006).
Pertambahan
Bobot Badan
Pertumbuhan adalah korelasi
peningkatan pada tubuh yang tampak pada interval waktu sesuai dengan
karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk
setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum
dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan dari heriditas, nutrisi dan
manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan.
Laju pertumbuhan seekor ternak
dikendalikan oleh banyaknya konsumsi ransum dan terutama energi yang diperoleh.
Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara
alami. Untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka sangat
perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung
zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang
pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002).
Kartadisastra (1997), menyatakan
bahwa bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi ransum,
makin tinggi bobot tubuhnya, makin tinggi pula tingkat konsumsinya terhadap
ransum. Bobot tubuh ternak dapat diketahui dengan penimbangan. Suharno dan Nazaruddin
(1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak,
suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam ransum.
Perhitungan pertambahan bobot badan harian
yaitu bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dibagi jumlah hari
pemeliharaan. Dengan rumus sebagai berikut.
Rumus: PBBH =BB AHIR-BB AWAL/JUMLAH HARI PEMELIHARAAN
Konversi Pakan(FCR)
Feed Convertion Ratio (FCR)
merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang
dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan
untuk memproduksi 1 pounds atau 1 kg berat hidup.
Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti: umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan
keadaan unggas (Anggorodi, 1985).
Angka konversi ransum menunjukkan tingkat
penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan
ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan
ransum tidak efisien.
Lestari (1992), menyatakan angka konversi ransum
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum
dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar
termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi rendah. Konversi ransum
adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi pada satu minggu dengan
pertambahan bobot badan pada minggu itu (Rasyaf, 1994). Perhitungan koversi pakan yaitu perbandingan antara rataan konsumsi
pakan dengan rataan pertambahan bobot badan, dengan rumus sebagai berikut.
Rumus :
Mortalitas
Mortalitas adalah
kematian pada ayam broiler yang senantiasa terjadi dan sulit dihindari. Ada
banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam pemeliharaan unggas.
Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan pakan, kekurangan minum,
temperatur, sanitasi, dan lainsebagainya.Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menekan angka kematian adalah mengontrol kesehatan ayam, mengontrol
kebersihan tempat pakan dan minum serta kandang, melakukan vaksinasi secara
teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam yang sehat, dan
memberikan pakan dan minum pada waktunya (Al-Fataftah dkk, 2007).
Perhitungan mortalitas yaitu jumlah ayam awal dikurangi ayam afkir di bagi
jumlah awal ayam dikali seratus persen. Dengan rumus sebagai berikut.
Rumus :
Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang
dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.Vaksin dibagi
menjadi dua yaitu vaksin aktif adalah vaksin yang mengandung virus hidup.
Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada vaksin inaktif atau pasif.
Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau
dimatikan tanpa merubah stuktur antigenik, hingga mampu membentuk zat kebal.
Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, tetapi keuntungannya dapat disuntikan
pada ayam yang diduga sakit. Adapun persyaratan dalam vaksinasi, ayam harus
sehat, dosis dan kemasan vaksin harus cepat, sterilisasi alat alat, lebih efektif
dilakukan pagi hari. Vaksinasi yang penting pada ayam broiler yaitu vaksinasi
ND/tetelo. Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel
darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang
berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf,
yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati.
Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam
lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan,
maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga
agar lantai kandang tetap kering. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode
tetes mata. Dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND
Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Pasca Panen
1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan
pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan
dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher
terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak
mudah tercemar dan mudah busuk.
3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu
dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 0C). Lama pencelupan ayam
broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin
cair atau dibakar dengan nyala api biru.
4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit,
seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat
dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong.
Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah
dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah
dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.
BAB.III
METODEOLOGI
Acara 1.Sanitasi kandang
1.Bahan dan Alat
-Sapu
lidi -Kuas
-Sapu
ijuk -Sprayer
-Ember -Tirai
kandang
-Kuas -Desinfektan
-Kapur
tembok -Air
2.Metode Kerja
1. Menyapu lantai kandang sampai bersih sampai
dengan menggunakan sapu ijuk
2. Membersihkan lantai kandang sumur/ air
ledeng,pakailah sapu lidi sehingga air tidak ada yang menngenang pada lantai
kandang
3. Menggulung plastik tirai kandang supaya
kandang cpat kering
4. Setelah kandang kering ,kapurilah lantai dan
dinding kandang
5. Setelah kandang dikapuri dan kering,turunkan
semua tirai kandang
6. Larutkan desinfektan sesuai aturan pemakaian
dan memasukkannya ke dalam sprayer.Menyemprotkan desinfektan keseluruh lantai
dan dinding kandang.
Acara 2.Sanitasi Peralatan Kandang
1.Bahan
dan Alat
-Tempat
pakan -Desinfektan
-Tempat
minum -Air
-Brooder -Tapas
-Brooder
guard -Kuas
-Ember
-Kapur
dinding
2.Metode
kerja
1.
Mencuci
tempat pakan dan tempat minum dengan air sumur dan air ledeng
2.
Membilas
tempatpakan dan tempat minum yang telah dibersihkan dengan larutan desinfektan
kemudian biarkan kira kira 10 menit
3.
Membilas
dengan menggunakan air bersih dan di jemur sampai kering
4.
Memasukkan
tempat makan dan tempat minum kedalam kandang yang telah disanitasi
5.
Menyemprot
brooder dengan larutan desinfektan ,lalu di jemur sampai kering
6.
Mengapuri
brooder guard dengan kapun dinding dan dibiarkan sampai kering,kemudian semprot
dengan desinfektan
7.
Memasukkan
brooder dan brooder guard tersebut kedalam kandang yang sudah di sanitasi
Acara 3.Menyiapkan Kandang Broding
1.Bahan dan Alat
v Brooder yang telah disanitasi
v Brooder guard yang disanitasi
v Tempat pakan dan tempat minumyang sudah disanitasi
v Kertas koran
v Sekam padi
2.Metode kerja
1. Menaburkan sekam padi setebal 5 cm diatas
lantai kandang yang telah di sanitasi
2. Memasang brooder yang telah dipasangi lampu
3. Mmemasng brooder guard membetuk lingkarang
4. Memaang kertas koran diatas liter
5. Menyalakan lampu brooder dan meletakkan
thermometer diatas litter pada ketingggian lebih kurang 10 cm
6. Memperhatikan thermometer sampai
stabil.Temperatur yang dibutuhkan pada minngu pertama adalah 95ºF(35ºC)
Acara IV.Pemeliharaan Broiler Pada Masa
Brooding
1.Bahan
dan Alat
-Kandang brooding yang telah disiapkan -Gula
merah
-Tempat pakan yang telah disanitasi -Pakan
-Tempat minum ya g telah disanitasi -Air minum
2.Metode Kerja
1.
Saat
Doc tiba,memasukkan air minum yang telah diberi air gula merah 2% kedalam
tempat air minum dan diletakkan diatas litter
2.
DOC
dikeluarkan dari boxnya kemudian dimasukkan kedalam lingkaran kandang brooding
yang telah disiapkan
3.
DOC di
biarkan minum air gula tersebut sepuasnya
4.
Setelah
DOC cukup minum,pakan ditaburkan pada kardus bekas box DOC dan diletakkan diata
litter
5.
Lampu
brooder yang dinyalakn sapanjang siang dan malam selama satu minggu pertama
6.
Memperhatiakan
sebaran anak ayamnnya
7.
Setelah
anak ayam berumur 3 hari,tempat pakan diganti dengan tempat pakan lingkaran
8.
Menghitung
konsumsi pakan minnguan dengan menghitung jumlah pakan yang disediakan pada
awal minggu dengan sisa pakan pada ahir minggu
9.
Menimbang
berta awal DOC sebanyak 10 ekor sebagai
sampel dan menandainya dengan spidol
10. Menimbang 10 ekor DOC sebagai sampel setiap minngunya
11. Menghitung konversi pakan dengan cara
membandingkan rataan jumlah konsumsi pakan per ekor dengan rataan pertambahan
berat badan per ekor
12. Mencuci tempat minum setiap pagi dan sore
13. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum
Acara V.Pemeliharaan Broiler Selepas Masa Brooding
1.Bahan dan Alat
-Kandana
bateray atau petak kandang lantai litter
-Anak
ayam selepas masa brooding
-Tempat
pakan dan
-
tempat minum
2.Metode Kerja
1.
Menyediakan
tempat pakan dan tempat minum kadalam kandang
2.
Mengambil
5 ekor anak ayam dan ditimbang untuk mengetahui berat awalnya
3.
Memasukkan
anak ayam tersebut kedalam petak kandang
4.
Menimbang
anak ayam tersebut setiap 1 minggu sekali
5.
Mencatat
konsumsi pakannya setiap minggu
6.
Menghitung
konversi pakannya
7.
Membuat
grafik pertumbuhannya
8.
Pakan
dan air minum diberiakan ad libitum
9.
Ayam
dipelihara sampai umur 6 minggu
Acar VI. Vaksinasi
1.Bahan dan Alat
1.
Vaksin
ND
2.
Larutan
dapar
3.
Anak
ayam umur 4 hari
4.
Anak
ayam broiler umur 4 minggu
5.
Spuit
ukuran 5 cc
6.
Vitachick
7.
Aguadest
2.Metode kerja
1.
Mengambil larutan dapar dengan menggunakan jarum spuit
dari botolnya lalu memasukkan kedalam botol vaksin
2.
Mengocok secara perlahan botol vaksin agar vaksinnya
larut
3.
Menggunakan jarum spuit, lalu mengambil larutan vaksin
tersebut dan memasukkan kedalam botol vaksin sampai habis
4.
Membuat sekat untuk memisahkan anak ayam yang telah di
vaksin
5.
Memegang anak ayam yang akan di vaksin dengan posisi
miring kemudian memegang kepalanya dengan ibu jari dan jari telunjuk
6.
Meneteskan vaksin pada matanya satu tetes saja
7.
Membiarkan tetesan vaksin sampai ayam berkedip
8.
Melepaskan anak ayam dengan hati-hati
9.
Membakar sisa vaksin dan peralatannya
10. Sehari
sebelum vaksinasi, pada saat vaksinasi, dan sehari setelah vaksinasi, menambah
air minumnya dengan antistres dengan kadar sesuai petunjuk pemberian antistres
yang diberikan
BAB.IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.HASIL PENGAMATAN
Tabel.4.1.1. Konsumsi
Ransum Ayam Broiler
umur
|
konsumsi
pakan g/ekor
|
1 minggu
|
156,6
|
2 minggu
|
373,4
|
3 minggu
|
562
|
4 minggu
|
850
|
5 minggu
|
1020
|
Tabel 4.1.2. Berat badan Broiler
Umur 0-5 minggu
Umur
|
Berat
badan g/ekor
|
minggu 0
|
41
|
1 minggu
|
186
|
2 minggu
|
471
|
3 minggu
|
920
|
4 minggu
|
1008
|
5 minggu
|
1200
|
Grafik pertumbuhan Berat Badan
Tabel 4.1.3. Tabel Pertambahan Berat Badan
umur(minggu
)
|
Berat
badan (g/ ekor)
|
0-1minggu
|
145
|
1-2 minggu
|
285
|
2- 3 minggu
|
449
|
3-4 minggu
|
88
|
4-5 minggu
|
192
|
Tabel
4.1.4.Konversi Ransum
UMUR (
minggu)
|
konversi
ransum (g)
|
1
|
1,08
|
2
|
1,310175439
|
3
|
1,708206687
|
4
|
1,683168317
|
5
|
3,351351351
|
Konversi Ransum Komulatif
Rumus :
= 2944
1819
= 1,6184
Harga DOC per ekor
=
Rp. 4.500 ,-
Harga Ransum 1 karung ukuran 50 kg BR 1 = Rp. 385.000 ,-
Pada masa starter (minggu 1-3) BR 1 = Rp. 7.700 / kg ,-
Harga Ransum 1 karung ukuran 50 kg BR 2 = Rp. 380.000 ,-
Pada masa Finisher (minggu 4-5) BR 2 = Rp. 7.600 / kg ,-
Konsumsi ransum minggu 1-3 (BR 1) = 1,092 kg
Biaya konsumsi ransum minggu 1-3 (BR 1) = 1,092 kg x Rp. 7700/kg = Rp. 8.408 ,-
Konsumsi ransum minggu 4-5 (BR 2) = 1,870 kg
Biaya konsumsi ransum minggu 4-5 (BR 2) = 1,870 kg x Rp. 7600/kg = Rp. 14.212.-
Biaya konsumsi ransum minggu 1-5 = Rp. 8.408 ,-+ Rp. 14.212.-
=
Rp. 22.620.-
Income Over
Feed Cost (IOFC)
IOFC = (Harga
jual ayam/ekor) – (biaya pakan)
=(
Rp. 17.000 ,- x 1,2 kg) - Rp. 22.620.-
= Rp.
-2.220
Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC)
IOFCC =
IOFC – Harga DOC
= Rp.-2.220.
-(Rp. 4.500 )
= Rp.-6.720.-
4.2.PEMBAHASAN
Pemeliharaan ayam broiler ditujukan
kepada tercapainya beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin,
kesehatan ternak baik, berat badan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih
makanan baik (hemat). Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok
yang perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging
yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan
akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan.
Pra
Pemeliharaan
Kegiatan pra pemeliharaan diawali
denan kegiatan persiapan kandang. Kegiatan ini memegang peranan penting dalam
keberhasilan pemeliharan ayam broiler, persiapan kandang mempunyai pengertian yaitu
menyediakan lingkungan yang benar – benar sesuai dan kondusif untuk partumbuhan
ayam broiler dikarenakan ayam broiler merupakan ayam yang rentan terhadap
berbagai macam penyakit dari periode starter sampai periode finisher tetapi
yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu pada periode starter. Jika dalam
melakukan persiapan kandang banyak kekurangan akan banyak menimbulkan berbagai
permasalahan terutama pada bidang kesehatan. Tahap yang dilakukan dalam
persiapan kandang yaitu :
Pembersihan kandang dan peralatan kandang,pengapuran,pemasangan
tirai,pemasangan litter dan pembuatan kandang Brooder.
Lokasi
kandang
Lokasi kandang yang digunakan untuk pratikum ini adalah di kandang peternakan
UNIB. Hal ini menyatakakan bahwa
lokasi peternakan ayam pedaging
sebaiknya jauh dari
keramaian dan jauh
dari lokasi perumahan
serta lokasi kandang dekat dengan sumber
air. Dan juga transportasi
mudah untuk mengakses ke dalam. lokasi yang dipilih untuk peternakan
harus tersedia sumber air yang cukup, terutama pada musim
kemarau. Air merupakan kebutuhan
mutlak untuk ayam karena
kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%.
Jumlah air yang dikonsumsi ayam
bergantung pada jenis
ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
Kandang ayam yang di gunakan dalam pratikum ini
adalan kandang berjenis lantai litter
dengan dinding separo
tembok serta di atasnya jaring
kawat pada saat pratikum alas dilapisi dengan sekam yang sering disebut dengan kandang litter sehingga lantai
kandang tidak menyebabkan
kaki terluka dan kaki
tidak mengeras. kandang dengan
tipe litter pengelolaannya lebih
mudah dan praktis, hemat tenaga
dan waktu, lantai kandang
relatif tahan lama, lantai
tidak mengakibatkan telapak
kaki ayam terluka, dan mengeras
serta litter merupakan
media yang baik untuk mencakar-cakar debu atau mandi debu
yang memberikan kenyamanan
bagi ayam.
Sanitasi kandang dan peralatan kandang
Faktor
penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler guna
mendapatkan produksi yang optimal pada waktu yang tepat sesuai dengan yang
dikehendaki, adalah perkandangan, dalam pemeliharaan di kandang peternakan CZAL
sebelum melakukan pemeliharaan dilakukan terlebih dahulu yaitu sanitasi kandang
guna untuk mencegah penyakit yang terhinggap didalam kandang dan untuk
membebaskan kandang dari mikroorganisme yang menyebabkan penyakit dan juga
dilakukan sanitasi untuk peralatan kandang seperti tempat minum dan tempat
pakan.
Pembuatan
Brooder
Brooder merupakan induk buatan untuk
memberikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan alami anak ayam. Yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan brooder adalah temperature dan bentuk brooder.
Suhu berperan penting dalam massa brooding karena anak ayam belum mampu menyesuaikan
diri dengan suhu lingkungan kandang. Sumber energi untuk memanaskan brooder
dapat menggunakan elpiji. Bentuk brooder yang di gunakan saat pratikum yaitu
persegi empat, semestinya broder yang baik itu betuknya lingkaran supaya tidak
ada sisi di sekeliling brooder. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam
pemasangan brooder yaitu :
v bahan broder
dapat mengguanakan seng, dengan penahan dari bambu. Brooder kotak dapat
menggunakan bambu. Brooder lingkaran memungkinkan ayam menyebar secara merata
sedangkan bentuk kotak ada kecenderungan anak ayam mengumpul ditengah. Letak
brooder dapat di tengah maupun tepi di dalam kandang.
v Pemanas yang
di gunakan saat pratikum adalah gasolek dengan bahan bakar gas.
v Lama
brooding 10 – 12 hari (musim panas/kemarau), 12 – 14 hari (musim hujan).
v Tiapa
kandang sebaiknya tersedia minimal 1 thermometer (ditengah kandang) dan diberi
standar suhu yang dikehendaki pada umur tertentu (maksimal dan minimal), bila
suhu aktual dibawah suhu minimal, maka pemanas harus dinyalakan, bila suhu
aktual diatas suhu maksimal maka pemanas harus dimatikan.
Pada saat pratikum criteria-kriteria di atas ini sudah sesuai dengan
ketentuannya, sehingga dapat di kategorikan termasuk manajen yang bagus.
Berdasarkan sistem pemanasan yang digunakan, brooder dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu individual pen brooders dan central heating sistem ( Rosidi,
dkk., 2000 ).
Penangananan saat DOC datang
ketika DOC datang yang pertama kali dilakukan adalah mengeluarkan DOC dari
dalam kardus dan memberinya minum air gula selanjutnya adalah memperhatikan dan
memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik kualitas maupun kuantitasnya. DOC yang berkualitas
baik antara lain
mempunyai ciri kakinya
besar dan basah seperti berminyak,
bulu cerah dan
penuh, DOC terlihat aktif dan
beratnya tidak kurang dari 37 g.
Bahwa kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik,
karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat
diterima. Untuk selanjutnya DOC ditempatkan
pada brooder guard
dengan bentuk lingkaran
dan nyalakan lampu
brooder dan letakan
termometer di atas litter
pada ketinggian kurang
lebih 10 cm, di dalam
brooder guard tersebut terdapat DOC
sebanyak 102 ekor , serta
suhu pemanas diatur sesuai fisiologis DOC, tahap berikutnya diberi
larutan gula merah dengan harapan mengembalikan energi yang hilang selama perjalanan
menuju tempat peternakan, setelah larutan
gula habis, barulah diberi multivitamin untuk siang
harinya dan antibiotik untuk malamnya atau sebaliknya
secara ad libitum dengan tujuan ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging
dapat optimal.
Berat
DOC saat datang datang adalah 41gr/ekor dan pada minggu pertama rata-rata berat
badannya adalah 186gr/ekor dan minggu kedua adalah 471gr/ekor, dan untuk
pemeliharaan pada ayam broiler selepas brooding yaitu pada umur minggu ketiga
sampai minggu kelima di peroleh berat badan, minggu ketiga dengan rata-rata nya
adalah 920gr/ekor, pada minggu keempat diperoleh rata-rata berat badannya
adalah 1008gr/ekor dan pada minggu kelima rata-rata berat badannya adalah 1200
gr/ekor.
Jika dilihat dari perbandingan antara bobot badan badan ayam
broiler yang di praktikumkan dengan bobot badan ayam broiler menurut NRC,1994
tidak jauh beda perbandingan nya, pada minggu kelima ayam yang dipraktikum
lebih besar bobot badan dari standart bobot bada menurut NRC 1994. Mungkin
karena adanya perbedaan dalam pemberian pakan dan nutrisi yang diberikan
berbeda sehingga terjadi perbedaan.
Anggorodi (1985) menjelaskan bahwa pertumbuhan berlangsung
mulai perlahan-lahan kemudian cepat dan pada tahap terakhir perlahan-lahan
kembali yang kemudian berhenti sama sekali. Dijelaskan lebih lanjut mengenai
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler antara lain Faktor
nutrisional yang meliputi energi, protein, vitamin, mineral dan kalsium. Faktor
manajerial meliputi genetik, jenis kelamin, umur, penyakit, manajemen pemeliharaan
(Wahju 1997).
Pakan
Pakan yang diberikan
pada ayam broiler merupakan pakan ternak dengan rasio yang lengkap. Pakan
broiler pada umumnya diberikan dalam bentuk crumble untuk fase starter dan
pellet untuk periode pertumbuhan (grower). Pada
pemeliharaan ayam broiler, sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat,
lemak, dan protein. Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas, dan dapat disimpan
sebagi lemak tubuh. Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi
pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler
untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti karbohidrat, lemak,
mineral, protein, vitamin, dan air.
Ransum
memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar
65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Pakan yang diberikan harus
memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari
(Average Daily Gain/ADG) tinggi.Pemberian pakan dengan sistem ad libitum
(selalu tersedia/tidak dibatasi).
Pada
pemberian ransum pada ayam broiler pada minggu pertama adalah rata-ratanya
adalah 156,6 gr/ekor, pada minggu kedua rata-rata konsumsinya adalah 354,4
gr/ekor, minggu ketiga rata-rata konsumsinya adalah 562 gr/ekor, dan minggu
keempat rata-rata konsumsinya adalah 850 gr/ekor dan pada minggu terakhir
minggu kelima rata-rata konsumsinya adalah1020 gr/ekor.
Pertambahan bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan
ayam broiler dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi bobot badan.
Pertambahan bobot badan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses yang sangat kompleks meliputi
pertambahan bobot hidup dan pertambahan semua bagian tubuh secara merata dan
serentak . Pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan
peningkatan sel-sel individual dimana pertumbuhan itu mencakup empat komponen
utama yaitu adanya peningkatan ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh
dalam jaringan adipose dan peningkatan ukuran bulu, kulit dan organ
dalam. Peningkatan bobot badan mingguan tidak terjadi secara seragam.
Setiap minggu pertumbuhan ayam pedaging mengalami peningkatan hingga mencapai
pertumbuhan maksimal. Pada praktikum ini pertambahan berat badan ayam pada
0-1minggu adalah 145 gr/ekor, pada 1-2 minggu adalah 285 gr/ekor, dan pada 2-3
minggu 449 gr/ekor, pada 3-4 minggu 88 gr/ekor, dana pertambahan berat badan akhir
yaitu 4-5 minggu adalah 192 gr/ekor.
Untuk konversi ransum di lakukan penghitungan dengan cara
konsumsi ransum dibagi pertambahan berat badan dan hasil yang di peroleh dari
konversi ini pada setiap minggunya adalah pada minggu pertama konversinya adalah
1,08gr/ekor, pada minggu kedua 1,296gr/ekor, minggu ketiga 1,31gr/ekor,
pada minggu keempat 1,70gr/ekor, dan untuk konversi minggu kelima adalah 1,68 gr/ekor.Yang
mempengaruhi konversi ransum ini adalah kualitas pakan ayam broiler salah
satunya adalah nutrisi dan protein yang terkandung dalam pakan tersebut, cuaca
yang ekstrim, kesehatan ayam, obat ataupun vitamin.
Vaksinasi dan Pencegahan penyakit
Vaksin
adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dan mempunyai sifat immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang
pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh
ternak dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang
disebabkan organisme tersebut. Vaksinasi pada ayam broiler yang sangat penting
dilakukan yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan
metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan
vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum, tetes mata, hidung, mulut
(cekok). Vaksinasi yang dilakukan pada praktikum dikandang dilakukan 2 kali
vaksinasi yaitu pada minggu pertama dan pada minggu kelima.
BAB.V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dalam
pemeliharaan ayam broiler hal yang perlu diperhatikan yaitu, manajemen
pemeliharaan, manajemen pakan,sterilisasi kandang/ peralatan kandang dan vaksinasi.
Sehingga akan diperoleh performans ayam broiler yang kurang optimal,dikarenakan
mungkin kesalah praktikan yang kurang memperhatikan pakan ternak.Performans ayam broiler diantaranya, pertambahan bobot
badan, konsumsi pakan dan konversi pakan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa anak ayam yang dipelihara mulai dari umur 1 minggu hari
sampa minggu ke lima mengalami peningkatan pertambahan bobot badan setelah
diberi pakan dan minum secara terus menerus.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam proses berjalannya
praktikum ini mahasiswa harus lebih teliti dan tepat waktu saat memberi pakan
dan air minum untuk menunjang pertumbuhan ayam broiler yang maksimal
Diharapkan
untuk praktikum selanjutnya dalam pemeliharaan ternak ayam, sebaiknya
menggunakan kandang yang lebih efektif
Setelah
selesainya laporan praktikum Produksi Ternak Unggas ini sebaiknya mahasiswa
dapat memahami hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan tersebut dan
penulis mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaannya laporan ini
maupun laporan selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK. 2000. Beternak Ayam
Pedaging. Penerbit Kanisus. Yogyakarata.
Alamsyah, R. 2005. Pengolahan Pakan
Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar Swadaya. Jakarta
Amrulah, Ibnu Katsir. 2004. Nutrien Ayam Broiler.
Lembaga Satu Gunung Budi.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu
Makanan Ternak Unggas
Azis, A., F. Manin, dan Afriani.
2010. Penampilan produksi ayam broiler yang diberi Bacillus circulans dan Bacillus sp. selama periode pemulihan setelah
pembatasan ransum. Med. Pet. 33:
12-17. Bogor
Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Harto, W. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler.
Karnisius. Yogyakarta.
Kartasudjana, R dan Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak
Unggas. Penebar
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas.
Kanisius. Yogyakarta. Penebar Swadaya.
Jakarta Press. Yogyakarta. PT. Gramedia. Jakarta
Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas
Pedaging. Kanisius.
Rasyaf, M. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Penebar
Swadaya. Bogor.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2000. Manajemen Peternakan Ayam Broiler.
Penebar Swadaya. Bogor.
Rasyaf, M. 2003. Panduan Beternak
Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging.
Penebar Swadaya. Jakarta
Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrien Unggas. Andalas University
Press. Padang
Siregar, A.P., dan M. Sabrani. 1970. Teknik Modern
Beternak Ayam. C.V.
Sudaro, Yani dan Anita Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan
Itik. Cetakan IX.
Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar
Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo., S.
Prawirokusumo., S. Lebdosoekoso. 1998. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrien Unggas. Cetakan III.
Gadjah Mada University
Williamson, G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar
Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Djiwa Darmadja dan Ida Bagus Djagna) Yasaguna.
Jakarta. Yogyakarta.
LAMPIRAN