Kamis, 05 Mei 2016

Manajemen Pemeliharaan Dan Ferformans Ayam Broiler

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS
Manajemen Pemeliharaan Dan Ferformans Ayam Broiler


OLEH
SUNDANRI SINAMBELA
NPM: E1C01206O
Kelompok     : 1


                                   



JURUSAN PETERNAKAN - FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015


BAB.1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita, produk-produk makanan dan lauk pauk yang berbahan dasar ayam banyak ditemukan di sekitar kita dan banyak digemari. Boleh dikatakan ayam dengan berbagai variannya seperti daging dan telur telah menjadi kebutuhan pokok hidup kita sehari-hari.
Broiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat 5 sampai 7 minggu. Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak.
Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yangsangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnyakebutuhan masyarakat akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhanakan daging mempunyai prospek ke depan yang baik, maka ternak yang ideal untuk dikembangkan adalah temak unggas. Untuk itu diperlukan pakan yang berkualitas demi tercapainya produksi daging yang berkualitas.
Dalam usaha peternakan sebaiknya manajemen pemeliharaan sangat perlu diperhatikan dalam terhadap produksi daging. Dalam pemberian pakan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertambahan berat badan pada ayam, sehingga mencapai efisiensi yang dinyatakan dalam perhitungan Feed Conversation Ratio. Karena  semakin rendah angka  Feed Conversation Ratiosemakin dinyatakan efisien dalam pembentukan daging.
Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusunsedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhannutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagiternak. Ransum yang berkualitas baik berpengaruh pada proses metabolismetubuh ternak sehingga ternak dapat menghasilkan daging yang sesuai denganpotensinya. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum ayambroiler adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan P. Komponen nutrientersebut sangat berpengaruh terhadap produksi ayam broiler terutama untuk pertumbuhan dan produksi daging. Kebutuhan nutrien ransum digunakan ternak untuk hidup pokok dan produksi.


1.2.Tujuan
Acara 1.Sanitasi Kandang
v  Mengetahui cara dan tujuan melakukan sanitasi kandang
Acara 2.Sanitasi Peralatan Kandang
v  Mengetahui cara dan tujuan melakukan sanitasi kandang
Acara 3.Menyiapkan Kandang Brooding
v  Mengetahui kandang brooding dan peralatannya serta cara menyiapkan kandang brooding sebelum anak ayam tiba( dimasukkan kedalam kandang brooding)
Acara 4.Pemeliharaan Broiler Pada Masa Brooding
v  Mengetahui cara pemeliharaan ayam broiler pada masa brooding
v  Mengertahui pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan pada masa pemeliharaan ayam broiler pada masa brooding
Acara 5.Pemeliharaan Ayam Broiler Selepas Masa Brooding
v  Mengetahui cara pemeliharaan ayam broiler selepas masa broodingsampai panen
v  Mengetahui pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan ayam broiler
Acara 6.Vaksinasi
1.      Untuk mengetahu tata cara dan ketentuan ketentuan saat melakukan vaksinasi

                                                    BAB.II
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5 sampai 7 minggu). Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak. Pengertian Ayam Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia 28 sampai 45 hari dengan berat badan 1,2 sampai 1,9 kg/ekor (Azis dkk, 2010).
Ayam Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam cornish dari Inggris dengan ayam white play mounth Rock dari Ameirka (Rasyaf, 2008). Menurut AAK (2000) Ayam broiler adalah ayam pedaging yang dipelihara hingga 6 sampai 13 minggu dengan bobot hidup dapat mencapai 1,5 kg pada umur 6 minggu. Pemeliharaan ayam ras pedaging/broiler terkadang terkendala oleh tidak stabilnya nafsu makan ayam yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari stres, perubahan cuaca, dan lain-lain.      
Ayam broiler yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam. Ayam broiler yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam (Mountney 1983).
Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi,efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987).

Perkandangan
Menurut Zainal Abidin (2002) kandang merupakan tempat hidup, tempat berproduksi, dan berfungsi untuk melindungi ayam dari gangguan binatang buas, melindungi ayam dari cuaca yang tidak bersahabat, membatasi ruang gerak ayam, menghindari resiko kehilangan ayam, mempermudah pengawasan, pemberian pakan dan air minum, serta pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
Temperatur yang ideal untuk ayam broiler adalah 23-26° C (Fadilah, 2004). Untuk menghindari kebisingan, penyebaran penyakit dan polusi bau, jarak kandang harus cukup jauh dari pemukiman penduduk. Jarak kandang dengan pemukiman minimal satu kali lebar kandang atau sekitar 6 meter. Kandang dengan tipe litter pengelolaannya lebih mudah dan praktis, hemat tenaga dan waktu, lantai kandang relatif tahan lama, lantai tidak mengakibatkan telapak kaki ayam terluka, dan mengeras serta litter merupakan media yang baik untuk mencakar-cakar debu atau mandi debu yang memberikan kenyamanan bagi ayam. Lokasi kandang dekat dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Kandang yang ideal harus memenuhi beberapa syarat yaitu diantaranya harus membujur ke barat dan timur dengan membujur ke arah barat dan timur diharapkan sirkulasi udara lancar dan bisa masuk ke dalam kandang (Suprijatna et al. 2005),. Lokasi kandang dekat dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Menurut Fadilah (2004), lokasi yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air yang cukup, terutama pada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karena kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yang dikonsumsi ayam bergantung pada jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
            Kandang dicuci dengan sprayer tekanan tinggi dari bagian atas, dinding dan tirai, hingga lantai. Proses pencucian ini harus meliputi semua bagian jangan sampai ada bagian yang terlewatkan serta menaburkan atau menyemprotkan kapur
tohor ke bagian dalam, lantai, dan sekeliling luar kandang Fadilah (2004). Rasyaf (2008) menjelaskan lebih lanjut bahwa kandang harus sudah dibersihkan dengan air bersih yang telah dicampur dengan pembunuh kuman/desinfektan. Semua peralatan, termasuk tempat ransum dan tempat minum.

Konsumsi Pakan dan Air Minum
Ternak akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya bila memperolh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan tersebut diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan (Sutardi,1980).Untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam membutuhkan sejumlah nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rasyaf, 1997). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Di samping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.  Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar  antara 2800-3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985)
Menurut Rasyaf, 1993 ransum untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua yaitu ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher . Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung. Fadilah (2004) menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum berbentuk: tepung pada periode starter, butiranpecah pada periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat (Sudaro dan Siriwa, 2007). Alamsyah (2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternakdisesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC.
Pemberian air minum dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006).

Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan.
Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi ransum dan terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami. Untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002).
Kartadisastra (1997), menyatakan bahwa bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobot tubuhnya, makin tinggi pula tingkat konsumsinya terhadap ransum. Bobot tubuh ternak dapat diketahui dengan penimbangan. Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam ransum.
Perhitungan pertambahan bobot badan harian yaitu bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dibagi jumlah hari pemeliharaan. Dengan rumus sebagai berikut.
Rumus:   PBBH =BB AHIR-BB AWAL/JUMLAH HARI PEMELIHARAAN
 
Konversi Pakan(FCR)
Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 pounds atau 1 kg berat hidup.
 Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan keadaan unggas (Anggorodi, 1985).
Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien.
Lestari (1992), menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi rendah. Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu (Rasyaf, 1994). Perhitungan koversi pakan yaitu perbandingan antara rataan konsumsi pakan dengan rataan pertambahan bobot badan, dengan rumus sebagai berikut.
Rumus :        
Mortalitas
Mortalitas adalah kematian pada ayam broiler yang senantiasa terjadi dan sulit dihindari. Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lainsebagainya.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum serta kandang, melakukan vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam yang sehat, dan memberikan pakan dan minum pada waktunya (Al-Fataftah dkk,  2007). Perhitungan mortalitas yaitu jumlah ayam awal dikurangi ayam afkir di bagi jumlah awal ayam dikali seratus persen. Dengan rumus sebagai berikut.
Rumus :
Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.Vaksin dibagi menjadi dua yaitu vaksin aktif adalah vaksin yang mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada vaksin inaktif atau pasif.
            Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau dimatikan tanpa merubah stuktur antigenik, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, tetapi keuntungannya dapat disuntikan pada ayam yang diduga sakit. Adapun persyaratan dalam vaksinasi, ayam harus sehat, dosis dan kemasan vaksin harus cepat, sterilisasi alat alat, lebih efektif  dilakukan pagi hari. Vaksinasi yang penting pada ayam broiler yaitu vaksinasi ND/tetelo.  Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap kering. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata. Dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Pasca Panen                      
1.  Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 0C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.

4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.





BAB.III
METODEOLOGI
Acara 1.Sanitasi kandang
1.Bahan dan Alat
-Sapu lidi                     -Kuas                                      
-Sapu ijuk                     -Sprayer
 -Ember                       -Tirai kandang
-Kuas                           -Desinfektan
-Kapur tembok            -Air

2.Metode Kerja
1.      Menyapu lantai kandang sampai bersih sampai dengan menggunakan sapu ijuk
2.      Membersihkan lantai kandang sumur/ air ledeng,pakailah sapu lidi sehingga air tidak ada yang menngenang pada lantai kandang
3.      Menggulung plastik tirai kandang supaya kandang cpat kering
4.      Setelah kandang kering ,kapurilah lantai dan dinding kandang
5.      Setelah kandang dikapuri dan kering,turunkan semua tirai kandang
6.      Larutkan desinfektan sesuai aturan pemakaian dan memasukkannya ke dalam sprayer.Menyemprotkan desinfektan keseluruh lantai dan dinding kandang.


Acara 2.Sanitasi Peralatan Kandang
1.Bahan dan Alat
-Tempat pakan                              -Desinfektan
-Tempat minum                             -Air
-Brooder                                        -Tapas
-Brooder guard                             -Kuas
-Ember                                          -Kapur dinding

2.Metode kerja
1.      Mencuci tempat pakan dan tempat minum dengan air sumur dan air ledeng
2.      Membilas tempatpakan dan tempat minum yang telah dibersihkan dengan larutan desinfektan kemudian biarkan kira kira 10 menit
3.      Membilas dengan menggunakan air bersih dan di jemur sampai kering

4.      Memasukkan tempat makan dan tempat minum kedalam kandang yang telah disanitasi
5.      Menyemprot brooder dengan larutan desinfektan ,lalu di jemur sampai kering
6.      Mengapuri brooder guard dengan kapun dinding dan dibiarkan sampai kering,kemudian semprot dengan desinfektan
7.      Memasukkan brooder dan brooder guard tersebut kedalam kandang yang sudah di sanitasi
Acara 3.Menyiapkan Kandang Broding
1.Bahan dan Alat
v  Brooder yang telah disanitasi
v  Brooder guard yang disanitasi
v  Tempat pakan dan tempat minumyang sudah disanitasi
v  Kertas koran
v  Sekam padi
2.Metode kerja
1.      Menaburkan sekam padi setebal 5 cm diatas lantai kandang yang telah di sanitasi
2.      Memasang brooder yang telah dipasangi lampu
3.      Mmemasng brooder guard membetuk lingkarang
4.      Memaang kertas koran diatas liter
5.      Menyalakan lampu brooder dan meletakkan thermometer diatas litter pada ketingggian lebih kurang 10 cm
6.      Memperhatikan thermometer sampai stabil.Temperatur yang dibutuhkan pada minngu pertama adalah 95ºF(35ºC)
Acara IV.Pemeliharaan Broiler Pada Masa Brooding
1.Bahan dan Alat
-Kandang brooding yang telah disiapkan             -Gula merah
-Tempat pakan yang telah disanitasi                     -Pakan
-Tempat minum ya g telah disanitasi                    -Air minum

2.Metode Kerja
1.      Saat Doc tiba,memasukkan air minum yang telah diberi air gula merah 2% kedalam tempat air minum dan diletakkan diatas litter
2.      DOC dikeluarkan dari boxnya kemudian dimasukkan kedalam lingkaran kandang brooding yang telah disiapkan
3.      DOC di biarkan minum air gula tersebut sepuasnya
4.      Setelah DOC cukup minum,pakan ditaburkan pada kardus bekas box DOC dan diletakkan diata litter
5.      Lampu brooder yang dinyalakn sapanjang siang dan malam selama satu minggu pertama
6.      Memperhatiakan sebaran anak ayamnnya
7.      Setelah anak ayam berumur 3 hari,tempat pakan diganti dengan tempat pakan lingkaran
8.      Menghitung konsumsi pakan minnguan dengan menghitung jumlah pakan yang disediakan pada awal minggu dengan sisa pakan pada ahir minggu
9.      Menimbang berta awal  DOC sebanyak 10 ekor sebagai sampel dan menandainya dengan spidol
10.  Menimbang 10 ekor DOC sebagai sampel setiap minngunya
11.  Menghitung konversi pakan dengan cara membandingkan rataan jumlah konsumsi pakan per ekor dengan rataan pertambahan berat badan per ekor
12.  Mencuci tempat minum setiap pagi dan sore
13.  Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum

Acara V.Pemeliharaan Broiler Selepas Masa Brooding
1.Bahan dan Alat
-Kandana bateray atau petak kandang lantai litter
-Anak ayam selepas masa brooding
-Tempat pakan dan
- tempat minum

2.Metode Kerja
1.      Menyediakan tempat pakan dan tempat minum kadalam kandang
2.      Mengambil 5 ekor anak ayam dan ditimbang untuk mengetahui berat awalnya
3.      Memasukkan anak ayam tersebut kedalam petak kandang
4.      Menimbang anak ayam tersebut setiap 1 minggu sekali
5.      Mencatat konsumsi pakannya setiap minggu
6.      Menghitung konversi pakannya
7.      Membuat grafik pertumbuhannya
8.      Pakan dan air minum diberiakan ad libitum
9.      Ayam dipelihara sampai umur 6 minggu

Acar VI. Vaksinasi
1.Bahan dan Alat
1.      Vaksin ND
2.      Larutan dapar
3.      Anak ayam umur 4 hari
4.      Anak ayam broiler umur 4 minggu
5.      Spuit ukuran 5 cc
6.      Vitachick
7.      Aguadest
           

2.Metode kerja
1.      Mengambil larutan dapar dengan menggunakan jarum spuit dari botolnya lalu memasukkan kedalam botol vaksin
2.      Mengocok secara perlahan botol vaksin agar vaksinnya larut
3.      Menggunakan jarum spuit, lalu mengambil larutan vaksin tersebut dan memasukkan kedalam botol vaksin sampai habis
4.      Membuat sekat untuk memisahkan anak ayam yang telah di vaksin
5.      Memegang anak ayam yang akan di vaksin dengan posisi miring kemudian memegang kepalanya dengan ibu jari dan jari telunjuk
6.      Meneteskan vaksin pada matanya satu tetes saja
7.      Membiarkan tetesan vaksin sampai ayam berkedip
8.      Melepaskan anak ayam dengan hati-hati
9.      Membakar sisa vaksin dan peralatannya
10.  Sehari sebelum vaksinasi, pada saat vaksinasi, dan sehari setelah vaksinasi, menambah air minumnya dengan antistres dengan kadar sesuai petunjuk pemberian antistres yang diberikan



























BAB.IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.HASIL PENGAMATAN
Tabel.4.1.1. Konsumsi Ransum Ayam Broiler
umur
konsumsi pakan g/ekor
1 minggu
156,6
2 minggu
373,4
3 minggu
562
4 minggu
850
5 minggu
1020

 Tabel 4.1.2. Berat badan Broiler Umur 0-5 minggu
Umur
Berat badan g/ekor
minggu 0
41
1 minggu
186
2 minggu
471
3 minggu
920
4 minggu
1008
5 minggu
1200

Grafik pertumbuhan Berat Badan



Tabel 4.1.3. Tabel Pertambahan Berat Badan
umur(minggu )
Berat badan (g/ ekor)
0-1minggu
145
1-2 minggu
285
2- 3 minggu
449
3-4 minggu
88
4-5 minggu
192



Tabel 4.1.4.Konversi Ransum         
UMUR ( minggu)
konversi ransum (g)
1
1,08
2
1,310175439
3
1,708206687
4
1,683168317
5
3,351351351
                                                                          
         Konversi Ransum Komulatif
Rumus             :
            =          2944
                        1819
            =          1,6184

Harga DOC per ekor                                       = Rp. 4.500 ,-
Harga Ransum 1 karung ukuran 50 kg BR 1 = Rp. 385.000 ,-
Pada masa starter (minggu 1-3) BR 1             = Rp. 7.700 / kg ,-

Harga Ransum 1 karung ukuran 50 kg BR 2  = Rp. 380.000 ,-
Pada masa Finisher (minggu 4-5) BR 2          = Rp. 7.600 / kg ,-

Konsumsi ransum minggu 1-3 (BR 1) = 1,092 kg
Biaya konsumsi ransum minggu 1-3 (BR 1)   = 1,092 kg x Rp. 7700/kg = Rp. 8.408 ,-

Konsumsi ransum minggu 4-5 (BR 2) = 1,870 kg
Biaya konsumsi ransum minggu 4-5 (BR 2)   = 1,870 kg x Rp. 7600/kg = Rp. 14.212.-
Biaya konsumsi ransum minggu 1-5               = Rp. 8.408 ,-+ Rp. 14.212.-
                                                                        = Rp. 22.620.-
Income Over Feed Cost (IOFC)
IOFC   = (Harga jual ayam/ekor) – (biaya pakan)
            =( Rp. 17.000 ,- x 1,2 kg) -  Rp. 22.620.-
            = Rp. -2.220
Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC)
IOFCC            = IOFC – Harga DOC
            = Rp.-2.220. -(Rp. 4.500 )
= Rp.-6.720.-



4.2.PEMBAHASAN
Pemeliharaan ayam broiler ditujukan kepada tercapainya beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat badan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik (hemat). Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan.
Pra Pemeliharaan
Kegiatan pra pemeliharaan diawali denan kegiatan persiapan kandang. Kegiatan ini memegang peranan penting dalam keberhasilan pemeliharan ayam broiler, persiapan kandang mempunyai pengertian yaitu menyediakan lingkungan yang benar – benar sesuai dan kondusif untuk partumbuhan ayam broiler dikarenakan ayam broiler merupakan ayam yang rentan terhadap berbagai macam penyakit dari periode starter sampai periode finisher tetapi yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu pada periode starter. Jika dalam melakukan persiapan kandang banyak kekurangan akan banyak menimbulkan berbagai permasalahan terutama pada bidang kesehatan. Tahap yang dilakukan dalam persiapan kandang yaitu : Pembersihan kandang dan peralatan kandang,pengapuran,pemasangan tirai,pemasangan litter dan pembuatan kandang Brooder.

Lokasi kandang
Lokasi kandang yang digunakan untuk pratikum ini adalah di kandang peternakan UNIB. Hal ini  menyatakakan  bahwa  lokasi peternakan ayam pedaging  sebaiknya  jauh  dari  keramaian  dan  jauh  dari  lokasi  perumahan  serta lokasi kandang dekat dengan sumber  air. Dan  juga  transportasi  mudah untuk mengakses ke dalam. lokasi yang dipilih untuk  peternakan  harus  tersedia  sumber air yang cukup, terutama pada musim kemarau. Air  merupakan  kebutuhan  mutlak untuk ayam karena  kandungan  air  dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah  air  yang dikonsumsi  ayam  bergantung  pada  jenis  ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
Kandang  ayam yang di gunakan dalam pratikum ini adalan kandang berjenis  lantai litter dengan  dinding  separo  tembok  serta di atasnya  jaring  kawat pada saat pratikum alas dilapisi dengan sekam yang sering disebut dengan kandang  litter sehingga  lantai  kandang  tidak  menyebabkan  kaki  terluka  dan kaki  tidak  mengeras. kandang  dengan  tipe litter  pengelolaannya  lebih  mudah  dan praktis, hemat  tenaga  dan  waktu, lantai  kandang  relatif  tahan  lama, lantai  tidak  mengakibatkan  telapak  kaki  ayam terluka, dan mengeras serta  litter  merupakan  media  yang  baik untuk mencakar-cakar  debu atau mandi  debu  yang  memberikan  kenyamanan  bagi ayam.

Sanitasi kandang dan peralatan kandang
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler guna mendapatkan produksi yang optimal pada waktu yang tepat sesuai dengan yang dikehendaki, adalah perkandangan, dalam pemeliharaan di kandang peternakan CZAL sebelum melakukan pemeliharaan dilakukan terlebih dahulu yaitu sanitasi kandang guna untuk mencegah penyakit yang terhinggap didalam kandang dan untuk membebaskan kandang dari mikroorganisme yang menyebabkan penyakit dan juga dilakukan sanitasi untuk peralatan kandang seperti tempat minum dan tempat pakan.

Pembuatan Brooder
Brooder merupakan induk buatan untuk memberikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan alami anak ayam. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan brooder adalah temperature dan bentuk brooder. Suhu berperan penting dalam massa brooding karena anak ayam belum mampu menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan kandang. Sumber energi untuk memanaskan brooder dapat menggunakan elpiji. Bentuk brooder yang di gunakan saat pratikum yaitu persegi empat, semestinya broder yang baik itu betuknya lingkaran supaya tidak ada sisi di sekeliling brooder. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan brooder yaitu :
v  bahan broder dapat mengguanakan seng, dengan penahan dari bambu. Brooder kotak dapat menggunakan bambu. Brooder lingkaran memungkinkan ayam menyebar secara merata sedangkan bentuk kotak ada kecenderungan anak ayam mengumpul ditengah. Letak brooder dapat di tengah maupun tepi di dalam kandang.
v  Pemanas yang di gunakan saat pratikum adalah gasolek dengan bahan bakar gas.
v  Lama brooding 10 – 12 hari (musim panas/kemarau), 12 – 14 hari (musim hujan).
v  Tiapa kandang sebaiknya tersedia minimal 1 thermometer (ditengah kandang) dan diberi standar suhu yang dikehendaki pada umur tertentu (maksimal dan minimal), bila suhu aktual dibawah suhu minimal, maka pemanas harus dinyalakan, bila suhu aktual diatas suhu maksimal maka pemanas harus dimatikan.
Pada saat pratikum criteria-kriteria di atas ini sudah sesuai dengan ketentuannya, sehingga dapat di kategorikan termasuk manajen yang bagus. Berdasarkan sistem pemanasan yang digunakan, brooder dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu individual pen brooders dan central heating sistem ( Rosidi, dkk., 2000 ).

Penangananan saat DOC datang
             ketika DOC datang yang pertama kali dilakukan adalah mengeluarkan DOC dari dalam kardus dan memberinya minum air gula selanjutnya adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik   kualitas  maupun  kuantitasnya. DOC  yang  berkualitas  baik  antara  lain  mempunyai  ciri  kakinya  besar  dan basah seperti  berminyak,  bulu  cerah  dan  penuh, DOC terlihat   aktif  dan  beratnya tidak  kurang dari 37 g. Bahwa  kualitas  DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang  jelek bukan  saja dipengaruhi oleh faktor  pemeliharaan  tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima. Untuk selanjutnya  DOC  ditempatkan  pada  brooder  guard  dengan  bentuk  lingkaran  dan  nyalakan  lampu  brooder  dan  letakan   termometer  di  atas litter  pada  ketinggian  kurang  lebih 10 cm,  di  dalam  brooder  guard  tersebut terdapat  DOC  sebanyak  102  ekor , serta  suhu pemanas diatur sesuai fisiologis DOC, tahap berikutnya diberi larutan gula merah dengan harapan mengembalikan  energi  yang  hilang  selama  perjalanan   menuju tempat  peternakan, setelah  larutan  gula  habis,  barulah  diberi multivitamin  untuk siang  harinya  dan  antibiotik untuk malamnya atau sebaliknya secara ad libitum  dengan tujuan ayam tidak mengalami  dehidrasi  sehingga  produksi  daging  dapat  optimal.


Berat DOC saat datang datang adalah 41gr/ekor dan pada minggu pertama rata-rata berat badannya adalah 186gr/ekor dan minggu kedua adalah 471gr/ekor, dan untuk pemeliharaan pada ayam broiler selepas brooding yaitu pada umur minggu ketiga sampai minggu kelima di peroleh berat badan, minggu ketiga dengan rata-rata nya adalah 920gr/ekor, pada minggu keempat diperoleh rata-rata berat badannya adalah 1008gr/ekor dan pada minggu kelima rata-rata berat badannya adalah 1200 gr/ekor.
Jika dilihat dari perbandingan antara bobot badan badan ayam broiler yang di praktikumkan dengan bobot badan ayam broiler menurut NRC,1994 tidak jauh beda perbandingan nya, pada minggu kelima ayam yang dipraktikum lebih besar bobot badan dari standart bobot bada menurut NRC 1994. Mungkin karena adanya perbedaan dalam pemberian pakan dan nutrisi yang diberikan berbeda sehingga terjadi perbedaan.
Anggorodi (1985) menjelaskan bahwa pertumbuhan berlangsung mulai perlahan-lahan kemudian cepat dan pada tahap terakhir perlahan-lahan kembali yang kemudian berhenti sama sekali. Dijelaskan lebih lanjut mengenai Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler antara lain Faktor nutrisional yang meliputi energi, protein, vitamin, mineral dan kalsium. Faktor manajerial meliputi genetik, jenis kelamin, umur, penyakit, manajemen pemeliharaan (Wahju 1997).

Pakan
          Pakan yang diberikan pada ayam broiler merupakan pakan ternak dengan rasio yang lengkap. Pakan broiler pada umumnya diberikan dalam bentuk crumble untuk fase starter dan pellet untuk periode pertumbuhan (grower). Pada pemeliharaan ayam broiler, sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas, dan dapat disimpan sebagi lemak tubuh. Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air.
Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).
Pada pemberian ransum pada ayam broiler pada minggu pertama adalah rata-ratanya adalah 156,6 gr/ekor, pada minggu kedua rata-rata konsumsinya adalah 354,4 gr/ekor, minggu ketiga rata-rata konsumsinya adalah 562 gr/ekor, dan minggu keempat rata-rata konsumsinya adalah 850 gr/ekor dan pada minggu terakhir minggu kelima rata-rata konsumsinya adalah1020 gr/ekor.
Pertambahan bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan ayam broiler dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi bobot badan. Pertambahan bobot badan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan bobot hidup dan pertambahan semua bagian tubuh secara merata dan serentak . Pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel individual dimana pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu adanya peningkatan ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adipose dan peningkatan ukuran bulu, kulit dan organ dalam.  Peningkatan bobot badan mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam pedaging mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal. Pada praktikum ini pertambahan berat badan ayam pada 0-1minggu adalah 145 gr/ekor, pada 1-2 minggu adalah 285 gr/ekor, dan pada 2-3 minggu 449 gr/ekor, pada 3-4 minggu 88 gr/ekor, dana pertambahan berat badan akhir yaitu 4-5 minggu adalah 192 gr/ekor.
Untuk konversi ransum di lakukan penghitungan dengan cara konsumsi ransum dibagi pertambahan berat badan dan hasil yang di peroleh dari konversi ini pada setiap minggunya adalah pada minggu pertama konversinya adalah 1,08gr/ekor, pada minggu kedua 1,296gr/ekor, minggu ketiga 1,31gr/ekor, pada minggu keempat 1,70gr/ekor, dan untuk konversi minggu kelima adalah 1,68 gr/ekor.Yang mempengaruhi konversi ransum ini adalah kualitas pakan ayam broiler salah satunya adalah nutrisi dan protein yang terkandung dalam pakan tersebut, cuaca yang ekstrim, kesehatan ayam, obat ataupun vitamin.

Vaksinasi dan Pencegahan penyakit
Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan mempunyai sifat immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme tersebut. Vaksinasi pada ayam broiler yang sangat penting dilakukan yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum, tetes mata, hidung, mulut (cekok). Vaksinasi yang dilakukan pada praktikum dikandang dilakukan 2 kali vaksinasi yaitu pada minggu pertama dan pada minggu kelima. 


















BAB.V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dalam pemeliharaan ayam broiler hal yang perlu diperhatikan yaitu, manajemen pemeliharaan, manajemen pakan,sterilisasi kandang/ peralatan kandang dan vaksinasi. Sehingga akan diperoleh performans ayam broiler yang kurang optimal,dikarenakan mungkin kesalah praktikan yang kurang memperhatikan pakan ternak.Performans  ayam broiler diantaranya, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa anak ayam yang dipelihara mulai dari umur 1 minggu hari sampa minggu ke lima mengalami peningkatan pertambahan bobot badan setelah diberi pakan dan minum secara terus menerus.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam proses berjalannya praktikum ini mahasiswa harus lebih teliti dan tepat waktu saat memberi pakan dan air minum untuk menunjang pertumbuhan ayam broiler yang maksimal
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya dalam pemeliharaan ternak ayam, sebaiknya menggunakan kandang yang lebih efektif
Setelah selesainya laporan praktikum Produksi Ternak Unggas ini sebaiknya mahasiswa dapat memahami hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan tersebut dan penulis mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaannya laporan ini maupun laporan selanjutnya.








DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisus. Yogyakarata.
            Alamsyah, R. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar Swadaya.           Jakarta
Amrulah, Ibnu Katsir. 2004. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas
Azis, A., F. Manin, dan Afriani. 2010. Penampilan produksi ayam broiler yang diberi Bacillus          circulans             dan Bacillus sp. selama periode pemulihan setelah pembatasan ransum. Med.           Pet. 33: 12-17. Bogor
Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Harto, W. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Karnisius. Yogyakarta.
Kartasudjana, R dan Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta. Penebar    Swadaya. Jakarta Press. Yogyakarta. PT. Gramedia. Jakarta
Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius.
Rasyaf, M. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Bogor.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2000. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Bogor.
Rasyaf, M. 2003. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta
Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrien Unggas. Andalas University Press. Padang
Siregar, A.P., dan M. Sabrani. 1970. Teknik Modern Beternak Ayam. C.V.
Sudaro, Yani dan Anita Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX.
Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya.          Jakarta.
Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., S. Lebdosoekoso. 1998. Ilmu     Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrien Unggas. Cetakan III. Gadjah Mada University
Williamson, G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah             Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Djiwa Darmadja dan Ida          Bagus Djagna) Yasaguna. Jakarta. Yogyakarta.






LAMPIRAN